GAGAL TRY OUT MATEMATIKA “OMA DAN CUCU KHAWATIR DAN TAKUT”

anak-selalu-gagal-pelajaran-matematika-ini-solusinya-2Ik130xcwh

http://lifestyle.okezone.com/read/2016/08/12/196/1462024/anak-selalu-gagal-pelajaran-matematika-ini-solusinya

Malam hari tiba-tiba saya ditelpun Oma (nenek dari salah satu siswa yang dulu saya ajar). Oma bercerita mengenai kekhawatirannya yang lebih mengarah pada ketakutan. Oma bercerita tentang hasil TRY OUT cucunya untuk mata pelajaran matematika yang sangat jatuh di bawah 40, padahal sebelumnya cucunya lolos penyisihan Olimpiade matematika di Universitas Negeri Semarang.

“Bagaimana ini Mr. Kadek?” Tanya Oma.

Saya minta Oma untuk tenang terlebih dahulu, saya berikan informasi positif agar ketakutannya itu tidak tersalur ke cucunya. Saya sampaikan “Ohh begitu, tapi tidak apa-apa Oma, biasanya soal-soal TRY OUT dibuat lebih susah jadi wajar kalau nilainya kurang baik, masih bisa diperbaiki lagi”.

“Tapi.. Mr. Kadek… bla bla bla….”

“Okee… Oma tenang. Saya akan ke rumah Oma nanti, ketemu sama Dandi (bukan nama sebenarnya)”

Ketika tiba disana. Saya bisa melihat dan merasakan suasana kekalahan, keputus asaan dalam diri Dandi. Mungkin bukan hanya menjadi “bulan-bulannan” Omanya di rumah tetapi guru-guru di sekolahnya juga. Karena tentu sekolah juga sedikit tidak, memposisikan siswa yang bersalah karena nilai itu.

Wajah tertunduk, tampak raut penyesalan. Tidak ada senyum sama sekali. Menyapanya datar. Intinya tidak seperti ketika belajar di kelas olimpiade, lebih-lebih pada saat dia menjadi salah satu wakil Malang untuk berkompetisi di Semarang.

Hallo Dan… how are you?” sambil menepuk pundaknya.

Fine pak. Bapak Bagaimana kabarnya?”

“yaa.. Im good. Thanks. Masih sering main basket? Diluar ada ring basket tuh…” Saya pertama kali berkunjung ke rumahnya Dandi.

“enggak pak, gak ada yang diajak main. Biasanya di sekolah aja.”

“Ohh gtuu main di sekolah.. yaa that’s good. Kapan-kapan ajakin bapak main yaa… hehee.”

“beneran pak?” menunjukkan sedikit senyumanan.

“yaa bener lah… walau pendek-pendek gini, bapak juga bisa main basketnya, hehee”

Suasana sedikit cair. Saya bisa memahami faktor psikologi yang paling terkena dampak dari situasi ini.

Kemudian datanglah Oma, mulai bercerita tentang kegagalan cucunya lagi. Saya sedikit kejam, saya potong pembicaraan Oma. Hal itu sangat wajar bagi seorang nenek yang sangat sayang pada cucunya. Tapi kata-kata yang menjatuhkan apalagi menjudge negative, akan berdampak sangat buruk terhadap anak tersebut.

“okee Oma, Oma tenang. Biar saya dan Dandi cerita-cerita dulu”

Akhirnya Oma mendengarkan saya dan pergi melakukan aktivitas lain.

Sekarang tinggal saya dan Dandi di ruang belajar. Dandi masih menampakkan wajah kegagalan.

“Oke Dandi, sebelum Dandi nanti curhat sama Pak Kadek, sekarang Pak Kadek dulu yang curhat atau bercerita yaaa?”

Saya me-rewind tentang hal-hal yang dulu pernah saya sampaikan mengenai kita harus berani melakukan kesalahan untuk mencapai suatu keberhasilan.

“Dandi masih ingat penemu lampu pijar?”

“Iya, Thomas Alva Edison”

“iyaa goods, apa yang Dandi ingat tentang dia?

“gagal hampir ratusan kali, hampir puluhan kali laboratoriumnya meledek untuk menciptakan sebuah lampu”

Mulai terlihat secercah rasa percaya diri, ternyata dia gak sendirian.

“Dandi suka makan ayam KFC?”

“Iyaa suka. Kok Pak Kadek tau?”

“hehee… yaa taulah. Dandi kan muridnya pak kadek”

Padahal just guessing hehee.

Saya jelaskan bahwa pembuat ayam KFC pertama kali itu sudah ditolak oleh lebih dari 100 perusahaan waktu dia melamar kerja. Dia mengalami kegagalan berkali-kali, tapi dia tidak putus asa, dia jadikan kegagalan itu sebagai motivasinya untuk bangkit dan terus berusaha. Dan akhirnya… boommm… dia berhasil dan sukses.

“Gagal Try Out itu biasa, kan masih ada kesempatan lagi kan?”

“iyaa pak kadek, ada Try Out 3”

“nah itu, jadi masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Jadi mulai hari ini, Pak kadek minta Dandi semangat, tegakkan kepalanya, berjalan yang tegap, dimana pun, termasuk di sekolah. Gagal itu hal yang biasa, semua orang pernah gagal. Yang penting harus bangkit. Oke sekarang giliran Dandi yang bercerita.”

Dandi pun bercerita banyak hal, mulai dari factor psikologi, factor teknis, hingga factor materi yang belum dia kuasai.

Faktor psikologi:

  • Takut habis waktu
  • Tidak fokus

Faktor teknis

  • Ragu dalam menebali jawaban

Faktor materi

  • Banyak rumus yang tidak hapal
  • Tidak mengerti materi pengukuran (mengubah satuan)
  • Bingung di materi perbandingan dan skala
  • Sulit paham diagram lingkaran
  • sering lupa cara mencari akar pangkat tiga

Kalau ditotal, wajarlah kalau nilainya 40. Wong hampir 70% materi belum dikuasai, apalagi rumus yang tidak dipahami.

Nanti akan saya bahas hal yang jauh lebih menarik dari ini mengenai KENAPA SAMPAI SAAT INI DIA TIDAK PAHAM MATERI PENGUKURAN, MENGUBAH DARI ARE KE DM KUADRAT. METER KE KILOMETOR, MILILITER KE METER KIBIK, DAN LAIN LAIN?

SAYA KIRA INI BUKAN HANYA PERMASALAHANNYA DANDI, TAPI BANYAK SISWA DI INDONESIA.

Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan

  1. Kegagalan adalah hal yang biasa, apabila itu bisa dipandang sebagai kesempatan untuk merefleksi diri, untuk belajar lebih lagi, dan berusaha lebih lagi.
  2. Kegagalan memang semestinya dipandang sebagai sesuatu keniscayaan. Apalagi anak seusia Dandi yang masih duduk di bangku SD. Yang memiliki perjalanan masih panjang.
  3. Untuk orang tua, guru, pendidik, buat kegagalan itu sebagai kesempatan kita untuk membimbing, menuntun, atau menata cara berpikirnya ke arah yang lebih baik. Buat suasana tetap positif, agar gairah untuk maju terus ada.
  4. Mengajar Matematika bukan hanya tentang angka, perhitungan rumus, table, bangun datar, dan sebagainya. Tapi disana ada pikiran yang mengonstruksi bagaimana hal-hal tersebut bekerja. Jadi kenali juga bagaimana cara berpikir setiap siswa.

 

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Kadek Adi Wibawa, S.Pd., M.Pd.

 

 

Penulis: Kadek Adi Wibawa

Doktor Pendidikan Matematika dari Universitas Negeri Malang di usia 29 tahun. Sekarang bekerja di Universitas Mahasaraswati Denpasar. Peneliti PTK, Proses Berpikir, dan defragmentasi struktur berpikir. Suka traveling (mendaki, air terjun, wisata pedesaan). Suka main gitar, nyanyi. Pernah jadi ketua organisasi. Pengen banget jadi penulis buku, peneliti yang produktif dan aplikatif. Pengen punya bisnis

Satu komentar pada “GAGAL TRY OUT MATEMATIKA “OMA DAN CUCU KHAWATIR DAN TAKUT””

  1. “Bu, anak saya takut matematika. Kalau ada mata pelajaran matematika, apalagi ada ulangan matematika, anak saya pokoknya tidak mau masuk sekolah. Apapun yang kami lakukan, tetap tidak bisa membuatnya mau masuk sekolah, dan kini prestasinya menurun drastis. Apa yang harus saya lakukan?”
    Simak kisah nyata bagaimana seorang anak yang takut dengan matematika berhasil mengatasi masalahnya dan mengembalikan prestasinya di sekolah hanya di https://goo.gl/q3ijhP

Tinggalkan komentar