Waktu saya kuliah S1 di Universitas Mataram tepatnya di Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Program Studi Pendidikan Matematika, saya memperoleh suatu pengalaman yang cukup menggelitik, yang pasti seputar matematika dan tepatnya pada waktu kuliah Pengantar Dasar Matematika. Tepatnya lagi waktu belajar logika matematika tentang penarikan kesimpulan.
Temen-temen pasti inget sama yang namanya modus tollens, ponens, dan sillogisme. Ketiga modus ini memang paling populer dalam dunia logika matematika walupun masih banyak lagi antek-antek yang lain yang bisa digunakan untuk menarik suatu kesimpulan.. hee
Singkatnya.. ada salah satu temen saya dari Janapriya namanya Hirjan Junaedi (waktu itu semester 3 klo ga salah) bertanya pada dosen yang sedang mengajar…
(Ketika sedang menggebu-gebunya pak dosen menjelaskan, hirjan mengangkat tangan kanannya dan bertanya.)
“pak gimana kalau keadaannya seperti ini,
Jika Budi lapar maka budi makan
Jika budi makan maka budi kenyang
Kesimpulannya : jika budi lapar maka budi kenyang
(dengan penyampaian yang berapi-api)
Nah gimana tu pak? Apakah bisa di ambil kesimpulan seperti itu? Itu kan sesuai dengan modus sillogisme yaitu
(pak dosen tersenyum dan hampir semua mahasiswa mangguk-mangguk “iya yaa..”)
Kemudian pak dosen menyibak keheningan suasana “pertanyaan yang bagus, bagaimana pendapat kalian tentang pertanyaan, siapa nama Anda”
“Hirjan Junaedi pak”
“yaa Hirjan Junaedi”
(semua ga ada yang angkat tangan, hanya merenungi pertanyaan yang di sampaikan oleh Hirjan.. “iyaa yaa.. kq bisa seperti itu kesimpulannya”}
Akhirnya pak dosen memecah keheningan lagi sekali
“pada dasarnya tidak semua hal dapat di logikan, jadi itu merupakan suatu kejadian yang tidak bisa ditarik kesimpulan seperi itu”
(cukup.. dengan lanjut materi lain perkuliahan selesai)
Berangkat dari hal ini saya terus dan selalu berfikir akan hal ini, karena saya belum bisa menerima sepenuhnya jawaban pak dosen waktu itu.. hingga akhirnya saya temukan suatu jawaban yang menurut saya lebih masuk akal dan bisa saya terima, yaitu waktu saya mengikuti perkuliahan pra pasca di universitas negeri malang…
Singkatnya…
Saya bertanya tentang kasus yang sama dan pak dosen menjawab
“kesimpulan itu akan benar apabila kedua premis di atas terpenuhi”
Sangat singkat tapi sangat mengena menurut saya
Ini berarti bahwa keadaan ini masuk akal dan bisa dijadikan kesimpulan apabila premis-premisnya bernilai benar…
(inilah sekelumit cerita dari saya, sekian… dan semoga bermanfaat)
Kadek Adi Wibawa, S.Pd.
hahaha
teringat dgn doesn saya ngasi premis ini juga
jika Ani sakit maka dia minum obat
jika dia minum obat maka dia sehat
kesimpulan : jika ani sakit maka dia sehat
tapi smpe skrg sya blom ngerti knp sprti itu dan akhirnya ada yg posting 😀
apa jawaban dosenx waktu itu im???
dy serahkan ke mahasiswax ato di jawab…
gk dijawab bli
qta cuma dkasi tw premis n ksimpulan sambil qta ngangguk2 aja hehe
saya tanya, tpi beliau gk ngasi tw, dsruh pikir sndiri hehe
aok wah
Silogisme tu kan dasarnya [(p->q) & (q->r)] -> p->r
Jadi alasan itu memang tepat, konjungsi benar jika keduanya benar dek.. Ayo tebak siapa aku?? :p
kene maksudne dek [(p->q) & (q->r)] -> (p->r)
Jelasnya bole cek dengan tabel kebenaran..
mkasi dh berkunjung pe…
cmn maksud permasalahanx bukan dsna, krn silogisme sdh diberikan dn dibuktikan sebelumx…
yg jdi permasalahanx penarikan kesimpulanx..
“jika saya lapar maka saya kenyang” begitu
apakah itu logis ato ga?
🙂
tu dah dek, masukin kesana, kalo kondisinya seperti itu ya terpenuhi.. kan ada 8 kondisi diasana dex, jadi yang mana aja bole..